Prosesproduksi menggunakan metode pesanan. Job Costing memiliki 7 langkah, yaitu: 1. Mengidentifikasi job yang menjadi objek biaya. Dokumen sumber (source document) : dokumen asli (seperti kartu yang menunjukan berapa lama karyawan tersebut bekerja) yang membantu pencatatan jurnal dalam sistem akuntansi.
Pada artikel sebelumnya Ukirama sudah pernah menjelaskan perbedaan bahan baku dan bahan penolong. Kedua jenis bahan ini sangat penting dan menjadi penunjang untuk memproduksi produk utama Anda. Tetapi perlakukan untuk kedua jenis produk ini relative berbeda. Karena kedua barang ini tidak bisa saling mensubstitusi tetapi hanya bisa saling melengkapi. Karena sifat dari kedua barang ini berbeda, maka pencatatan keuangan yang dituliskan dalam jurnal ataupun laporan keuangan Anda juga idealnya berbeda. Sehingga tidak ada kesalahan informasi dalam pencatatan aset perusahaan Anda. Dalam melakukan pencatatan pemakaian bahan baku dan bahan penolong Anda akan membutuhkan dokumen permintaan dan pengeluaran gudang ditambah dengan tiga tahap pencatatan. Mari simak informasinya berikut Cara Membedakan Bahan Baku dan Bahan Penolong?Bahan baku merupakan bahan utama dalam bentuk mentah yang akan diproses menjadi hasil produksi. Dalam proses produksi bahan baku akan melewati beberapa tahap hingga menjadi barang jadi dan siap jual. Bahan baku dapat diperoleh oleh perusahaan dari alam maupun didatangkan dari tempat lain. Formula bahan baku adalah semakin sulit didapatkan atau semakin jauh jarak antara sumber bahan baku dengan tempat bahan baku diproses maka akan membuat biaya pembuatan produk semakin tinggi. Sehingga harga barang yang diproduksi juga akan menjadi semakin mahal. Dalam proses produksi jumlah sediaan bahan baku akan lebih banyak, karena bahan baku lebih dibutuhkan dibandingkan dengan bahan bahan penolong tidaklah sepenting bahan baku. Bahan penolong bisa sangat membantu proses produksi jika ada. Sehingga, bahan penolong hanya dimanfaatkan pada waktu-waktu tertentu saja. Bahan penolong juga tidak akan secara langsung mengganggu proses produksi, tetapi tidak adanya bahan penolong ini akan memperlambat proses produksi. Jumlah dari bahan penolong juga dapat dipastikan akan lebih sedikit dibandingkan dengan bahan baku. Apalagi jika bahan penolong bisa dipakai berkali-kali. Cara Pencatatan Bahan Baku dan Penolong dalam ProduksiMetode harga pokok pesanan dipakai dalam melakukan pencatatan bahan baku dan penolong dalam produksi, dengan cara membuat debit rekening barang dan membuat kredit akun persediaan bahan baku dalam bentuk dokumen permintaan dan pengeluaran gudang. Sebelum membahas bagaimana contoh dari pencatatan menggunakan biaya pesanan perlu Anda ketahui bahwa metode biaya pesanan ini memiliki karakteristik sepertiMemiliki sifat produksi yang terputus-putus sesuai dengan pesanan yang diterimaBentuk disesuaikan dengan spesifikasi keinginan pemesanRincian masing-masing pesanan dimuat dalam kartu biaya pesananTotal biaya produksi akan dikalkulasi setelah pesanan diselesaikanBiaya produksi per unit dihitung dengan menghitung rata-rata biaya produksi pertambahan satu unit yang dipesanBiaya normal digunakan untuk menghitung akumulasi biaya umumApabila produk yang dipesan sudah selesai akan langsung dikirimkan kepada pemesan produk ituDalam menentukan harga pokok terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sepertiHarga pokok pesanan harus dibedakan perindividu caranya adalah dengan mengidentifikasi identitas dengan jelasBiaya produksi haruslah dipisahkan antara biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung mencakup biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Sementara biaya produksi tidak langsung mencakup biaya produksi selain biaya produksi utama akan dibebankan dengan biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Biaya produksi tidak langsung hanya dibebankan setelah dikalkulasikan tarif dasar yang sebelumnya sudah ditentukanPesanan ditentukan harga pokoknya setelah pengerjaan selesai dilakukanHarga pokok marginal produk dihitung dengan membagi total biaya produksi dengan total marginal produk yang dipesankan. Dalam melakukan transfer pada transaksi jurnal, dapat dilakukan dengan beberapa tahap. Pertama adalah dengan mencatat transaksi pembelian bahan baku kemudian mencatat barang dalam proses biaya bahan baku dan terakhir dicatat biaya overheadnya. Pencatatan pembelian bahan baku jika ditransfer dalam bentuk jurnalPersediaan bahan bakuxxxUtang dagang-kasxxxPendebitan diproses mengikuti catatan harga bahan baku pada kartu harga pokok pesanan dengan melihat jumlah total biaya produksinya. Sebagai contoh, jika transaksi tersebut dicatat dalam bentuk jurnal maka akan seperti Barang dalam proses-biaya bahan bakuxxxPersediaan bahan bakuxxxDalam metode pencatatan harga pokok pesanan harus dilakukan pemisahan antara biaya produksi tidak langsung dan biaya produksi langsung. Dari pembagian tersebut Anda bisa langsung mengetahui bahwa bahan penolong akan digolongkan sebagai biaya produksi tidak langsung. Sementara bahan baku merupakan biaya produksi langsung. Untuk pencatatan biaya tidak langsung dikategorikan sebagai akun biaya overhead pabrik sesuai dengan tarif yang sudah ditentukan diawal. Jika pencatatan biaya tidak langsung ditransfer dalam bentuk jurnal maka akan sepertiBiaya overhead pabrik sesungguhnya xxxPersediaan bahan penolongxxxDokumen yang diperlukan perusahaan untuk mencatat bahan baku tiap perusahaan Anda membutuhkan dokumen permintaan dan pengeluaran barang gudang. Dokumen tersebut akan diisi oleh tim produksi kemudian diserahkan ke bagian gudang sehingga bagian produksi bisa segera menerima bahan yang dibutuhkan. Dokumen tersebut akan digunakan sebagai dokumen dasar pencatatan pemakaian bahan. Secara garis besar dalam melakukan pencatatan pemakaian bahan baku dan penolong dalam produksi pertama-tama harus dilakukan perlakuan yang berbeda pada bahan baku dan bahan penolong. Sifat dari bahan baku dan penolong yang berbeda juga akan berdampak pada pencatatan di laporan keuangan nantinya. Bahan baku akan memiliki kuantitas yang lebih banyak dari pada bahan penolong. Dari segi pencatatan, Anda akan membutuhkan dokumen permintaan dan pengeluaran barang gudang. Sebagai bukti sirkulasi barang dari dalam ke luar gudang kemudian masuk ke tim produksi. Metode pencatatan yang digunakan adalah metode biaya pesanan sehingga harus mengenali terlebih dahulu karakteristik dari metode biaya pesanan juga persyaratan dari penentuan harga pokok pesanan. Tahapan untuk melakukan pencatatan, terdiri dari tiga tahap yaitu mencatat pembelian bahan pokok. Kemudian mencatat persediaan bahan baku dan terakhir adalah memasukan biaya bahan penolong kedalam biaya overhead pabrik sesungguhnya. Itu dia informasi yang dapat Ukirama bagikan kali ini, semoga informasi tersebut dapat menambah pengetahuan Anda untuk mencatat jurnal sesuai kebutuhan Anda.
Apabilaterjadi pembelian secara tunai maka akan dicatat ke dalam jurnal. Jurnal pengeluaran kas B. 1132020 Setiap terjadi transaksi maka harus dicatat dalam jurnal umum dan diposting ke buku besar. Hal tersebut akan mudah dilakukan bila transaksi yang terjadi jumlahnya sedikit.
ο»ΏBiaya bahan baku BBB adalah salah satu unsur biaya yang penting dalam perusahaan industri atau manufaktur selain biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya tersebut penting dikarenakan merupakan unsur utama dalam membuat suatu produk di perusahaan manufaktur. Hal tersebut nantinya akan mempengaruhi juga harga jual dari produk tersebut, yang kaitannya nanti dengan keuntungan yang didapatkan. Nah, untuk lebih jelasnya Yuk simak pembahasannya dalam artikel ini dengan seksama!! Pengertian Biaya Bahan Baku BBB Pengertian dari bahan baku adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi untuk membentuk satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari produk jadi dan sebagai unsur yang diolah dengan menggunakan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Sedangkan biaya bahan baku adalah suatu biaya yang ditanggung atau dikeluarkan untuk mendapatkan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Perlu diketahui bahwa harga pokok bahan baku ini terdiri dari Harga beliBiaya angkutDan berbagai biaya lainnya yang dikeluarkan dalam mempersiapkan bahan baku untuk siap digunakan dalam proses produksi. Sehingga harga pokok bahan baku bukan hanya harga yang terdapat di dalam faktur pembelian atau harga beli saja. Berbagai biaya lainnya yang pada umumnya ikut dalam perhitungan sebagai biaya bahan baku selain harga beli dan biaya angkut adalah sebagai berikut. Biaya pesanBiaya penerimaanBiaya pembongkaranBiaya pemeriksaanBiaya asuransiDan biaya pergudangan BBB dicatat hanya sebesar harga beli berdasarkan faktur pembelian. Hal tersebut dikarenakan berbagai biaya lainnya yang terjadi selain harga beli sulit untuk dapat diperhitungkan kepada harga pokok bahan baku yang dibeli. Berbagai biaya lainnya tersebut diperhitungkan sebagai biaya overhead pabrik. Berbagai biaya lainnya tersebut disebut juga sebagai biaya bahan pembantu atau sebagai bahan penolong. Sistem Pembelian Bahan Baku Transaksi pembelian pembelian yang dilakukan di dalam negeri atau lokal melibatkan berbagai bagian, yaitu bagian produksi, gudang, pembelian, penerimaan barang, dan akuntansi. Beberapa dokumen sumber dan juga pendukung yang dibuat dalam transaksi pembelian lokal adalah sebagai berikut. Surat permintaan order penerimaan yang berasal dari penjual. Sistem pembelian lokal bahan baku ini terdiri dari beberapa prosedur, diantaranya sebagai berikut. 1. Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku Apabila jumlah persediaan bahan baku yang tersedia di gudang sedikit atau sudah mencapai jumlah tingkat minimum pemesanan kembali atau reorder point. Bagian gudang selanjutnya akan membuat surat permintaan pembelian atau purchase requisition. Dokumen tersebut akan dikirimkan ke bagian pembelian. Berikut ini adalah contoh dari surat permintaan pembelian. 2. Prosedur Order Pembelian Pada bagian pembelian akan dilakukan pembelian berdasarkan surat permintaan pembelian yang berasal dari bagian gudang. Untuk pemilihan supplier, maka bagian pembelian akan mengirimkan surat permintaan penawaran harga atau purchase price quotation kepada para calon supplier. Surat tersebut berisikan permintaan informasi harga dan berbagai syarat pembelian dari setiap supplier tersebut. Kemudian setelah supplier yang dianggap baik sudah terpilih, maka bagian pembelian akan membuat surat order pembelian. Surat order pembelian tersebut akan dikirimkan kepada supplier yang sudah dipilih. Berikut ini adalah contoh dari surat order pembelian. 3. Prosedur Penerimaan Bahan Baku Supplier akan mengirimkan bahan baku kepada perusahaan sesuai dengan yang terdapat di dalam surat order pembelian yang diterimanya. Bagian penerimaan barang mempunyai tugas dalam melakukan penerimaan barang, memeriksa kualitas, kuantitas, jenis dan juga spesifikasi bahan baku yang diterima oleh supplier dengan tebusan surat order pembelian. Jika bahan baku yang diterima sudah sesuai dengan apa yang dipesan atau sesuai dengan yang ada di dalam surat order pembelian, maka bagian penerimaan barang akan membuat laporan penerimaan barang. Laporan tersebut untuk dikirimkan kepada bagian akuntansi. Berikut ini adalah contoh dari laporan penerimaan barang. 4. Prosedur Pencatatan Penerimaan Bahan Baku di Bagian Gudang Bagian penerimaan kemudian menyerahkan bahan baku yang sudah diterima dari supplier kepada bagian gudang. Bagian gudang bertugas untuk menyimpan bahan baku tersebut dan mencatat jumlah dari bahan baku yang diterima dari bagian penerimaan barang dalam kartu gudang atau stock card pada kolom β€œmasuk”. Stock card ini dipakai oleh bagian gudang untuk melakukan pencatatan mutasi setiap jenis barang yang ada di dalam gudang. Stock card hanya berisikan berbagai informasi tentang harga barang yang tersimpan di dalam gudang. Catatan yang ada di dalam stock card tersebut diawasi atau di-pantau dengan catatan yang diselenggarakan oleh bagian akuntansi yang berupa kartu persediaan atau inventory card sebagai akun pembantu persediaan. Selain melakukan pencatatan mutasi barang gudang dalam stock card, bagian gudang juga mencatat barang dalam kartu barang atau inventory tag. Kartu baran tersebut akan digantungkan atau ditempel-kan pada tempat penyimpanan setiap jenis barang. Berikut ini adalah contoh dari kartu gudang dan kartu barang. 5. Prosedur Pencatatan Utang Dalam proses ini bagian pembelian akan menerima faktur pembelian dari supplier. Selanjutnya bagian pembelian akan memberikan tanda tangan di atas faktur pembelian. Tanda tangan tersebut sebagai bukti persetujuan bahwa faktur bisa dibayar, karena supplier sudah memenuhi berbagai syarat pembelian yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Faktur pembelian yang sudah ditandatangani oleh bagian pembelian tersebut kemudian akan diserahkan kepada bagian akuntansi. Setelah bagian akuntansi menerima faktur pembelian bahan baku tersebut, maka bagian akuntansi akan langsung melakukan pemeriksaan terhadap ketelitian perhitungan yang ada di dalam faktur pembelian. Selain itu bagian akuntansi juga akan mencocokkan faktur pembelian dengan informasi atau data yang ada di dalam tembusan surat order pembelian yang diterima dari bagian pembelian dan laporan penerimaan barang yang diterima dari bagian penerimaan barang. Faktur pembelian tersebut yang dilampirkan dengan tembusan surat order pembelian dan laporan penerimaan barang akan dimasukkan atau dicatat di dalam jurnal pembelian oleh bagian akuntansi. Kemudian setelah dicatat dalam jurnal pembelian, maka faktur pembelian dan juga dokumen pendukungnya akan dicatat di dalam kartu persediaan pada kolom β€œmasuk”. Kartu persediaan ini digunakan sebagai pembantu untuk mencatat persediaan bahan baku. Berikut ini adalah contoh dari kartu persediaan. Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli Berdasarkan pada prinsip akuntansi yang berterima umum, lazimnya biaya yang terjadi untuk mendapatkan bahan baku dan untuk menempatkannya dalam kondisi siap digunakan, adalah unsur harga pokok bahan baku yang dibeli. Sehingga, harga pokok bahan baku tidak hanya berupa harga yang terdapat di dalam faktur pembelian saja. Harga pokok bahan baku ini terdiri dari harga beli harga yang ada di dalam faktur pembelian ditambah dengan berbagai macam biaya pembelian dan berbagai biaya untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam kondisi siap digunakan. Harga beli dan juga biaya angkut adalah suatu unsur yang mudah untuk diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku. Sedangkan untuk berbagai macam biaya pesan atau order cost, biaya penerimaan, pemeriksaan, pembongkaran, pergudangan, dan asuransi, dan biaya akuntansi bahan baku adalah berbagai macam unsur biaya yang sulit untuk diperhitungkan pada harga pokok bahan baku yang dibeli. Dalam praktiknya, harga pokok bahan baku hanya dicatat sebesar harga beli berdasarkan faktur pembelian dari supplier. Hal tersebut dilakukan karena pembagian biaya pembelian kepada setiap jenis bahan baku membutuhkan biaya akuntansi yang mungkin lebih besar jika dibandingkan dengan manfaat ketelitian perhitungan harga pokok yang didapatkan. Oleh karena hal tersebutlah, maka berbagai biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan bahan baku dan untuk menjadikan bahan baku dalam kondisi siap digunakan, pada umumnya akan dimasukkan atau diperhitungkan sebagai unsur biaya overhead pabrik. Jika dalam pembelian bahan baku, supplier memberikan potongan harga cash discount, maka cash discount tersebut akan diperlakukan sebagai pengurang harga pokok bahan baku yang dibeli. Pada umumnya dalam melakukan pembelian bahan baku, suatu perusahaan akan membayar biaya angkut untuk berbagai jenis bahan bak yang dibeli. Nah, hal tersebut menjadi masalah tentang pengalokasian biaya angkut pada setiap jenis bahan baku yang diangkut. Oleh karena itu diperlakukan yang tepat pada biaya angkut tersebut. Perlakukan biaya angkutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai berikut 1. Sebagai Tambahan Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli Jika biaya angkut ini diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, maka pengalokasian dari biaya angkut pada setiap jenis bahan baku bisa berdasarkan pada beberapa hal berikut ini. Perbandingan harga yang ditentukan di-muka. Catatan Dalam pengalokasian biaya angkut berdasarkan tarif yang ditentukan di-muka, jika pada akhir periode akuntansi dalam akun biaya angkut terdapat selisih antara biaya angkut yang dibebankan dengan biaya angkut yang sesungguhnya dan jumlah selisihnya material, maka selisih tersebut akan dibagikan ke beberapa akun, yaitu Akun persediaan bahan persediaan barang dalam persediaan produk harga pokok penjualan. Jurnal yang dibuat untuk melakukan pencatatan tersebut adalah sebagai berikut. Persediaan bahan baku Rp.$$$ Persediaan barang dalam proses Rp.$$$ Persediaan produk jadi Rp.$$$ Harga pokok penjualan Rp.$$$ Biaya angkut Rp.$$$ Jurnal tersebut dibuat jika biaya angkut sesungguhnyalebih besar > dari biaya angkut yang dibebankan atas dasar tarif. Namun, jika selisih antara biaya angkut yang dibebankan dengan biaya angkut sesungguhnya tidak material, maka selisih tersebut dapat langsung ditutup ke dalam akun harga pokok penjualan. Contoh Soal 1 PT Mastah Bisnis dalam melakukan aktivitas produksinya membutuhkan 3 jenis bahan baku yaitu X, Y, dan Z. Pada tanggal 5 Febuari 2021 melakukan pembelian bahan baku sebagai berikut. Nama Barang Unit Harga per Unit Jumlah Bahan X kg Bahan Y kg Bahan Z kg Total kg Total Biaya angkut yang dibayarkan untuk mengangkut ke-3 jenis bahan baku tersebut adalah Rp. Dari data tersebut buatlah suatu alokasi biaya angkut pada setiap jenis bahan jika pembebanan biaya angkut pembelian berdasarkan atas Perbandingan kuantitasPerbandingan harga faktur Jawab Perbandingan kuantitas Bahan X / x = Bahan Y / x = Bahan Z / x = Perbandingan harga faktur Bahan X / x = Bahan Y / x = Bahan Z / x = Contoh Soal 2 Biaya angkut yang diperkirakan akan ditanggung pada tahun 20Γ—1 yaitu sebesar dan jumlah bahan baku yang diangkut diperkirakan sebanyak kg. Tarif biaya angkut pada tahun 20Γ—1 adalah sebesar Berikut ini adalah jumlah bahan baku yang dibeli dan juga alokasi biaya angkutan atas dasar tarif pada tahun 20Γ—1. Jawab NamaBarang Unit Harga Faktur Biaya Angkutyang Dibebankanatas Dasar Tarif Harga PokokBahan Baku A X B + C A B C D Bahan X kg Bahan Y kg Bahan Z kg Total kg Apabila biaya angkut sesungguhnya yang dibayar pada tahun 20Γ—1 adalah sebesar maka jurnal yang bisa dibuat pada tahun 20Γ—1 untuk mencatat bahan baku yang dibeli adalah sebagai berikut. Jurnal pembelian bahan baku Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Persediaan bahan baku Utang dagang Jurnal pembebanan biaya angkut atas dasar tarif Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Persediaan bahan baku Biaya angkut Jurnal pencatatan biaya angkut yang sesungguhnya terjadi Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Biaya angkut Kas Jurnal penutupan saldo akun biaya angkut ke akun harga pokok penjualan Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Biaya angkut Harga pokok penjualan – = 2. Sebagai Tambahan Harga Pokok Bahan Baku, Tapi Sebagai Unsur BOP Dengan memakai cara ini, biaya angkut tidak diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku, tapi sebagai unsur dari biaya overhead pabrik. Pada saat awal tahun anggaran, jumlah dari biaya angkut yang dikeluarkan selama 1 tahun akan diperkirakan atau ditaksir. Jumlah taksiran biaya angkut tersebut akan diperhitungkan sebagai unsur dari biaya overhead pabrik dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik. Biaya angkut sesungguhnya selanjutnya akan dicatat pada sisi debet akun biaya overhead pabrik sesungguhnya. Biaya Unit Organisasi dalam Perolehan Bahan Baku Di awal penjelasan dalam artikel ini sudah dijelaskan bahwa harga pokok bahan baku itu terdiri dari harga yang terdapat di dalam faktur ditambah dengan berbagai biaya pembelian dan biaya untuk menyiapkan bahan baku. Dalam melakukan pembelian bahan baku, unit organisasi yang berhubungan dalam kegiatan pembelian bahan baku adalah bagian pembelian, bagian penerimaan, bagian gudang, dan bagian akuntansi persediaan. Sehingga, jika biaya pembelian akan diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku, maka setiap biaya yang ada pada setiap bagian tersebut harus diperhitungkan. Berbagai biaya yang berhubungan dengan pembelian bahan baku dari setiap bagian tersebut sebagian besar belum bisa diperhitungkan ketika bahan baku yang dibeli diterima di gudang. Oleh karena itu, akan muncul kesulitan dalam melakukan perhitungan biaya pembelian sesungguhnya yang harus dibebankan pada harga pokok bahan baku yang dibeli. Untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut, maka harus dibuat tarif pembebanan biaya pembelian pada masing-masing jenis bahan baku yang dibeli. Apabila biaya pembelian dibebankan pada bahan baku yang dibeli berdasarkan tarif, maka perhitungan tarif biaya pembelian dapat dilakukan sebagai berikut. Jumlah biaya setiap bagian yang berhubungan dengan transaksi pembelian bahan baku diperkirakan selama 1 tahun dasar pembebanan biaya setiap bagian dan ditaksir berapa jumlahnya dalam tahun tarif pembebanan biaya setiap bagian dengan cara membagi biaya dari setiap bagian dengan dasar pembebanan. Dasar dan Tarif Biaya Pembelian Setiap Bagian Berikut ini adalah dasar pembebanan biaya pembelian setiap bagian yang berhubungan dalam pengadaan bahan baku. Bagian Dasar Pembebanan Tarif Pembebanan BiayaPembelian Pembelian Jumlah frekuensipembelian atau volumepembelian. Tarif per transaksipembelian atau tarifmasing-masing jumlahharga faktur pembelian. Penerimaan Jumlah jenis bahan yangditerima. Tarif per jenis bahanyang diterima. Gudang Jumlah jenis bahan,kuantitas, atau nilairupiah. Tarif per jenis bahan; permeter kubik atau pernilai rupiah bahan bakuyang disimpan di gudang. Akuntansi Persediaan Jumlah frekuensipembelian. Tarif per transaksipembelian. Sumber Mulyadi 2009287 Berbagai macam biaya sesungguhnya yang dikeluarkan oleh setiap bagian yang berhubungan dengan pengadaan bahan didebitkan dalam akun biaya setiap bagian yang dibebankan. Jika terjadi selisih dalam setiap akun biaya masing-masing bagian yang dibebankan, maka perlakuannya sama seperti selisih yang terdapat dalam akun biaya angkut. Jurnal yang dapat dibuat untuk mencatat pembebanan biaya pembelian pada harga pokok bahan baku atas dasar tarif adalah sebagai berikut. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Persediaan Rp.$$$ Biaya bagian pembelian yang dibebankan Rp.$$$ Biaya bagian penerimaan yang dibebankan Rp.$$$ Biaya bagian gudang yang dibebankan Rp.$$$ Biaya bagian akuntansi persediaan yang dibebankan Rp.$$$ Biaya yang Diperhitungkan dalam Harga Pokok Bahan Baku yang Diimpor Jika bahan bakunya diimpor dari luar negeri, tentunya unsur harga pokoknya berbeda dengan bahan baku yang dibeli dari dalam negeri. Dalam perdagangan luar negeri, harga barang yang disepakati bersama antara pembeli dan penjual akan berdampak pada berbagai biaya yang menjadi tanggungan si pembeli. Bahan baku bisa diimpor dari luar negeri dengan menggunakan beberapa syarat harga yaitu sebagai berikut. Free Alongside Ship FAS.Free on Board FoB.Cost and Freight C & F.Cost, Insurance, and Freight C I & F. Pada syarat harga C & F pembeli akan menanggung biaya asuransi laut dan penjual akan menanggung biaya angkut lautnya. Pada syarat harga C I & F pembeli hanya akan menanggung biaya berbagai biaya untuk mengeluarkan bahan baku dari pelabuhan pembeli dan berbagai biaya lain sampai barang diterima di gudang pembeli. Dalam syarat harga C I & F biaya angkut laut dan juga biaya asuransi lautnya akan diperhitungkan sebagai harga barang oleh penjual. Harga pokok bahan baku yang diimpor terdiri dari beberapa macam yaitu sebagai berikut. Harga FOB Rp.$$$ Angkutan laut ocean freight Rp.$$$ Harga C & F Rp.$$$ Biaya asuransi laut marineinsurance Rp.$$$ Harga C I & F Rp.$$$ Biaya bank Rp.$$$ Bea masuk & biaya pabeanlainnya Rp.$$$ Pajak penjualan impor Rp.$$$ Biaya gudang Rp.$$$ Biaya ekspedisi muatan kapal laut Rp.$$$ Biaya transport lokal Rp.$$$ Harga pokok bahan baku Rp.$$$ Beberapa biaya tersebut merupakan contoh dari unsur biaya bahan baku yang diimpor dari luar negeri. Biaya – biaya tersebut tidaklah baku seperti itu. Penilaian Persediaan Bahan Baku yang Dipakai dalam Produksi Karena dalam suatu periode akuntansi biasanya terjadi fluktuasi atau perubahan harga, maka harga beli bahan baku juga bisa berbeda dari pembelian yang satu dengan pembelian yang lainnya. Sehingga persediaan bahan baku yang ada di-gudang memiliki harga pokok yang berbeda – beda, meskipun jenis bahan bakunya sama. Tentunya hal tersebut menyebabkan masalah dalam penentuan harga pokok bahan baku yang digunakan dalam produksi. Untuk dapat mengatasi hal tersebut dibutuhkan berbagai macam metode penilaian / pencatatan / penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi. Beberapa metode penilaian persediaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. Metode identifikasi masuk pertama keluar pertama / first in first out FIFO.Metode masuk terakhir keluar pertama / last in first out LIFO.Metode rata – rata rata – rata lain sebagainya. Untuk mengetahui lebih dalam tentang penilaian persediaan bahan baku, silakan bisa di baca dalam artikel berikut ini. Sisa Bahan Baku Scrap Materials Dalam proses produksi, tidak seluruh bahan baku bisa menjadi produk jadi. Bahan baku yang mengalami kerusakan dalam proses produksi disebut sebagai sisa bahan. Perlakukan terhadap sisa bahan tersebut tergantung dari harga jual sisa bahan tersebut. Apabila harga jual dari sisa bahan ini rendah, pada umumnya tidak dilakukan pencatatan jumlah dan harganya sampai ketika penjualannya. Namun apabila harga jual dari sisa bahan tersebut tinggi, maka harus dicatat jumlah dan harga jual dari sisa bahan tersebut ke dalam kartu persediaan ketika sisa bahan diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang. Apabila dalam proses produksi terdapat sisa bahan, maka masalah yang muncul adalah bagaimana cara dalam memperlakukan hasil penjualan dari sisa bahan tersebut. Nah, berikut ini adalah beberapa perlakuan terhadap hasil penjualan sisa bahan. 1. Sebagai Pengurangan Biaya Bahan Baku yang Digunakan dalam Pesanan yang Menghasilkan Sisa Bahan Tersebut. Apabila sisa bahan yang terjadi disebabkan karena karakteristik dari proses pengolahan suatu pesanan tertentu, maka hasil dari penjualan sisa bahan bisa diidentifikasikan dengan pesanan tersebut. Jurnal yang dapat dibuat ketika penjualan sisa bahan adalah sebagai berikut Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Kas / Piutang dagang Rp.$$$ Barang dalam proses BDP – biaya bahan baku Rp.$$$ Hasil dari penjualan sisa bahan tersebut juga harus dicatat ke dalam kartu harga pokok pesanan yang berkaitan. Pencatatan tersebut dilakukan di kolom β€œbiaya bahan baku” sebagai pengurang biaya bahan baku pesanan tersebut. 2. Sebagai Pengurangan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Apabila sisa bahan yang ada tidak bisa diidentifikasikan pada pesanan tertentu, dan sisa bahan adalah suatu hal yang bisa terjadi dalam proses produksi. Maka hasil penjualan dari bahan tersebut bisa diperlakukan sebagai pengurang BOP sesungguhnya. Berikut ini adalah jurnal yang dapat dibuat ketika penjualan sisa bahan terjadi. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Kas / Piutang dagang Rp.$$$ Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp.$$$ 3. Sebagai Penghasilan di Luar Usaha. Hasil dari penjualan sisa bahan bisa juga diperlakukan sebagai pendapatan di luar kegiatan usaha dan tidak sebagai pengurang biaya produksi. Jurnal yang dapat dibuat adalah sebagai berikut. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Kas / Piutang dagang Rp.$$$ Hasil penjualan sisa bahan Rp.$$$ Akun hasil penjualan sisa bahan ini disajikan dalam laporan laba rugi, yaitu masuk ke dalam kelompok pendapatan di luar usaha other income. Apabila jumlah dan juga nilai dari sisa bahan ini tinggi atau besar, maka dibutuhkan suatu pengawasan terhadap persediaan sisa bahan. Pemegang kartu persediaan yang ada di bagian akuntansi harus mencatat mutasi persediaan sisa bahan yang ada di gudang. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pencatatan persediaan sisa bahan, yaitu sebagai berikut. Bagian akuntansi persediaan mengadakan kegiatan pencatatan mutasi persediaan sisa bahan ke dalam kartu persediaan. Ketika sisa bahan ditransfer dari bagian produksi ke bagian gudang, selanjutnya bagian akuntansi persediaan akan mendapatkan atau menerima laporan jumlah sisa bahan dari bagian gudang. Setelah itu bagian akuntansi persediaan akan mencatat kuantitas dari sisa bahan ke dalam kartu persediaan. Ketika persediaan sisa bahan dijual, maka harus dibuat jurnal seperti yang sudah di jelaskan di atas. Bagian akuntansi persediaan akan melakukan pencatatan mutasi persediaan sisa bahan hanya dalam kuantitasnya saja, tanpa nilai uangnya. Bagian akuntansi persediaan tidak hanya mengadakan pencatatan terhadap mutasi persediaan sisa bahan dalam kuantitasnya saja, namun pada nilai uangnya juga. Apabila bagian akuntansi persediaan mengadakan pencatatan terhadap mutasi persediaan sisa bahan, baik dalam kuantitas atau pun dalam nilai uangnya. Maka pencatatan persediaan sisa bahan dan penjualannya bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode berikut ini. Contoh Soal 3 Bagian produksi menyerahkan sebanyak kg sisa bahan ke bagian gudang. Sisa bahan tersebut diperkirakan bisa dijual dengan harga Sampai pada akhir periode akuntansi, sisa bahan tersebut sudah terjual sebanyak kg dengan harga Lakukanlah semua penjurnalan yang dibutuhkan untuk mencatat transaksi tersebut! Jawab Metode I Berikut ini merupakan jurnal penyerahan persediaan sisa bahan dari bagian produksi ke bagian gudang, apabila hasil penjualan sisa bahan sebagai pendapatan di luar usaha. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Persediaan sisa bahan Hasil penjualan sisa bahan x Dalam penjurnalan tersebut, akun yang berada di posisi kredit tergantung dari perlakuan terhadap hasil penjualan sisa bahan. Berikut ini adalah jurnal penjualan sisa bahan. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Kas / Piutang dagang Persediaan sisa bahan x Pada akhir periode harus dibuat jurnal penyesuaian adjusting journal entry. Hal tersebut dikarenakan terdapat persediaan sisa bahan yang belum laku dijual yaitu sebanyak 750 kg. Pada jurnal yang pertama sudah dicatat hasil penjualan sebesar kg, namun pada nyata nya yang sudah direalisasikan terjual baru kg. Sehingga hasil penjualan dari sisa bahan adalah sebesar harus dikurangi ini berasal dari 750 x yaitu jumlah hasil penjualan yang belum direalisasikan. Jurnal penyesuaian adjusting journal yang dibuat pada akhir periode adalah sebagai berikut. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Hasil penjualan sisa bahan Pendapatan yang belum direalisasikan Pada akhir periode juga harus dibuat penyesuaian jika terjadi perbedaan antara harga jual sisa bahan yang ditaksir dengan harga sesungguhnya. Terdapat selisih dalam periode tersebut sebesar – dan jumlah sisa bahan yang terjual adalah kg. Sehingga selisih pada periode tersebut adalah x kg. Berikut ini adalah jurnal penyesuaian karena adanya selisih harga jual. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Persediaan sisa bahan Hasil penjualan sisa bahan Jurnal pencatatan persediaan, penjualan, dan penyesuaian sisa bahan pada akhir periode dapat digambarkan sebagai berikut. Metode II Perbedaan antara metode I dengan metode II hanya pada jurnal yang dibuat ketika sisa bahan diserahkan ke gudang dan penjualannya. Berikut ini jurnal penyerahan sisa bahan dari bagian produksi ke bagian gudang. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Persediaan sisa bahan Penghasilan yang belum direalisasikan x Berikut ini adalah jurnal penjualan sisa bahan. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Kas / piutang dagang Hasil penjualan sisa bahan x Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Penghasilan yang belum direalisasikan Persediaan sisa bahan x Pada metode ke II ini jika terdapat persediaan sisa bahan yang belum terjual dan terjadi selisih harga jual, maka pada akhir periode tidak harus dibuat jurnal penyesuaian seperti pada metode I. Berbagai jurnal yang dibuat dalam metode ke II ini bisa digambarkan sebagai berikut. Produk Rusak Spoiled Goods Produk rusak adalah suatu produk yang tidak sesuai dengan standar mutu yang sudah ditetapkan, yang secara ekonomis sudah tidak bisa diperbaiki menjadi suatu produk yang baik. Produk rusak dengan sisa bahan tentunya berbeda. Sisa bahan adalah bahan yang mengalami kerusakan dalam proses produksi, sehingga belum sempat menjadi suatu produk. Sedangkan produk rusak adalah produk yang sudah menyerap biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Perlakuan terhadap produk rusak ini tergantung dari sifat dan juga penyebab terjadinya kerusakan. Apabila penyebab terjadinya produk rusak karena sulitnya pengerjaan suatu pesanan tertentu atau berbagai macam faktor luar biasa lainnya. Maka harga pokok produk rusak akan dibebankan sebagai tambahan harga pokok produk yang tidak rusak dalam pesanan tersebut. Apabila produk rusak tersebut masih dapat dijual, maka hasil dari penjualan produk rusak tersebut diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi pesanan yang menghasilkan produk rusak tersebut. Apabila produk rusak adalah suatu hal yang normal terjadi pada proses pengolahan produk, maka kerugian yang muncul sebagai akibat terjadinya produk rusak akan dibebankan pada produksi secara keseluruhan. Yaitu dengan cara memperhitungkan kerugian tersebut di dalam tarif biaya overhead pabrik BOP. Sehingga anggaran biaya overhead pabrik yang akan dipakai untuk menentukan tarif BOP terdiri dari beberapa elemen berikut ini. Biaya bahan penolong Rp.$$$ Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp.$$$ Biaya reparasi dan pemeliharaan Rp.$$$ Biaya asuransi Rp.$$$ Biaya overhead pabrik lain Rp.$$$ Rugi produk rusak hasil penjualan – harga pokokproduk rusak Rp.$$$ Biaya overhead pabrik yang dianggarkan Rp.$$$ Seluruh biaya tersebut di-jumlah sehingga menghasilkan BOP yang dianggarkan. Sedangkan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik dapat menggunakan rumus berikut ini. Apabila terjadi produk rusak, maka kerugian yang sesungguhnya terjadi akan didebitkan dalam akun biaya overhead pabrik sesungguhnya. Pencatatan Produk Rusak Terdapat beberapa macam perlakuan atau pencatatan yang bisa dilakukan pada produk rusak, yaitu sebagai berikut. 1. Jika Produk Rusak Dibebankan Pada Pesanan Tertentu Contoh Soal 4 PT Mastah Bisnis memproduksi berdasarkan atas pesanan. Pada bulan Januari 20Γ—9 perusahaan menerima pesanan pembuatan produk A sebanyak unit. Karena pesanan tersebut adalah pesanan yang memerlukan ketepatan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan, maka produk rusak yang terjadi akan dibebankan pada pesanan tersebut. Untuk dapat memenuhi pesanan tersebut perusahaan memproduksi sebanyak produk A, dengan rincian biaya sebagai berikut. Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik 150% dari biaya tenaga kerja langsung Ketika pesanan tersebut selesai dikerjakan ternyata ada 100 unit produk A yang rusak, yang secara ekonomis tidak bisa diperbaiki. Diperkirakan produk tersebut dapat dijual dengan harga per unit-nya. Buatlah jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat transaksi tersebut! Jawab Berikut ini adalah jurnal untuk mencatat biaya produksi dalam mengolah unit produk A. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp BDP – Bahan baku BDP – Biaya tenaga kerja langsung BDP – Biaya overhead pabrik Persediaan bahan baku Gaji dan upah BOP yang dibebankan 150 % x = Andai saja 100 produk A tidak mengalami kerusakan, maka harga pokok dari produk A adalah per unit unit. Karena terdapat 100 produk A yang rusak, maka harga pokok produk rusak dibebankan pada produk yang tidak rusak. Oleh karena itu produk A yang tidak rusak mempunyai harga pokok sebesar per unit Apabila produk rusak tersebut masih bisa dijual dengan harga per unit, maka hasil penjualan tersebut akan diperlakukan sebagai pengurang dari biaya produksi yang sudah dibebankan kepada produk yang tidak rusak. Berikut ini adalah jurnal untuk mencatat nilai jual produk rusak dan pengurangan biaya produksi pesanan. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Persediaan produk rusak BDP – biaya bahan baku BDP – biaya tenaga kerja langsung BDP – biaya overhead pabrik Pembagian nilai jual produk rusak sebagai pengurang terhadap setiap akun barang dalam proses didasarkan pada perbandingan setiap elemen biaya dalam harga pokok produk rusak, berikut penjelasannya. Jurnal yang digunakan untuk mencatat harga pokok produk jadi adalah sebagai berikut Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Persediaan produk rusak BDP – biaya bahan baku BDP – biaya tenaga kerja langsung BDP – biaya overhead pabrik Karena produk rusak masih bisa dijual dengan harga maka biaya produksi berkurang menjadi – Oleh karena itu harga pokok per unit produk A yang tidak rusak adalah 2. Jika Kerugian Produk Rusak Dibebankan Pada Semua Produk Contoh Soal 5 PT Javaque melakukan produksi berdasarkan pesanan. Karena produk rusak adalah sesuatu hal yang wajar atau biasa terjadi dalam proses produksi, maka kerugian adanya produk rusak sudah diperhitungkan dalam penentuan tarif BOP di awal periode. Tarif BOP adalah sebesar 160% dari biaya tenaga kerja langsung. Pada bulan Febuari 20Γ—9, perusahaan menerima suatu pesanan produk AB sebanyak unit. Biaya produksi yang di keluarkan untuk dapat mengerjakan pesanan tersebut adalah sebagai berikut. Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik 160% x Setelah pesanan tersebut selesai dikerjakan, ternyata dari unit produk yang selesai dikerjakan terdapat 300 unit yang rusak. Diperkirakan produk rusak tersebut masih laku seharga per unit. Buatlah penjurnalan yang dibutuhkan untuk mencatat kondisi tersebut! Jawab Berikut ini adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya produk dalam pengolahan produk AB. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp BDP – BBB BDP – BTKL BDP – BOP Persediaan bahan baku Gaji dan upah BOP yang dibebankan Karena dalam tarif BOP sudah diperhitungkan kerugian produk rusak, maka semua produk yang diproduksi akan dibebani kerugian produk rusak. Sehingga kerugian sesungguhnya yang muncul dari produk rusak akan didebitkan dalam akun BOP sesungguhnya. Berikut merupakan perhitungan kerugian karena adanya produk rusak dari contoh soal 5. Berikut ini adalah jurnal yang dibuat untuk melakukan pencatatan produk rusak dan kerugian. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Persediaan produk rusak BOP sesungguhnya BDP – BBB BDP – BTKL BDP – BOP 300 x = x = x = Berikut ini adalah jurnal untuk mencatat produk jadi yang tidak rusak. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Persediaan produk jadi BDP – BBB BDP – BTKL BDP – BOP x = x = x = Produk Cacat Defective Goods Produk cacat adalah suatu produk yang tidak sesuai dengan standar kualitas yang sudah ditentukan, namun dengan menggunakan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, maka produk tersebut secara ekonomis bisa menjadi produk jadi yang baik. Masalah yang muncul dengan adanya produk cacat ini adalah bagaimana memperlakukan biaya tambahan pengerjaan kembali atau rework cost pada produk cacat tersebut. Sebenarnya perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat hampir sama seperti yang dilakukan pada produk rusak. Apabila produk cacat bukan menjadi hal yang wajar atau biasa dalam proses produksi, namun karena karakteristik pengerjaan pesanan tertentu. Maka rework cost bisa dibebankan sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan. Selain itu rework cost juga bisa dibebankan kepada semua produk. Yaitu dengan cara memperhitungkan rework cost ke dalam tarif BOP. Biaya pengerjaan kembali produk cacat yang sesungguhnya akan dicatat pada sisi debet dalam akun BOP sesungguhnya. 1. Dibebankan pada Pesanan Tertentu Contoh Soal 6 PT Maju Jaya menerima suatu pesanan produk C. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk membuat produk C adalah sebagai berikut. Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik 160% x 200% dari biaya tenaga kerja langsung Setelah pengerjaan 100 unit produk C selesai, ternyata ada 10 unit yang cacat, dan secara ekonomis masih bisa diperbaiki. Berbagai biaya pengerjaan kembali 10 unit produk C tersebut terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan BOP sebesar tarif yang biasa digunakan. Buatlah penjurnalan yang sesuai dengan transaksi tersebut! Jawab Jurnal untuk mencatat biaya produksi 100 unit produk C. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp BDP – BBB BDP – BTKL BDP – BOP Persediaan bahan baku Gaji dan upah BOP yang dibebankan Jurnal untuk mencatat rework cost apabila biaya dibebankan sebagai tambahan biaya produksi pesanan. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp BDP – BTKL BDP – BOP Gaji dan upah BOP yang dibebankan Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Persediaan produk jadi BDP – BBB BDP – BTKL BDP – BOP 2. Dibebankan pada Produk Secara Keseluruhan Contoh Soal 7 Dalam prose produksi yang terjadi di PT Nusantara selalu terjadi produk cacat. Produk tersebut secara ekonomis masih bisa diperbaiki, yaitu dengan mengeluarkan cost rework. Sehingga, pada saat menentukan tarif BOP, dalam anggaran BOP sudah diperhitungkan taksiran cost rework produk cacat yang akan dikeluarkan selama periode anggaran. Tarif BOP ditentukan sebesar 150% dari BTKL. Dalam periode anggaran tersebut PT Nusantara menerima pesanan sebanyak 500 unit produk BC. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk menyelesaikan produk tersebut adalah sebagai berikut. Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Setelah pengerjaan produk BC selesai, ternyata terdapat 50 unit produk BC yang cacat. Rework cost yang dikeluarkan untuk memperbaiki produk tersebut terdiri dari BTKL sebesar dan BOP pada tarif yang digunakan. Buatlah penjurnalan yang dibutuhkan untuk mencatat kondisi tersebut! Jawab Jurnal untuk mencatat biaya produksi 500 unit produk BC. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp BDP – BBB BDP – BTKL BDP – BOP Persediaan bahan baku Gaji dan upah BOP yang dibebankan Jurnal untuk mencatat rework cost apabila biaya dibebankan pada produk secara keseluruhan. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp BOP sesungguhnya Gaji dan upah BOP yang dibebankan Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi. Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Debet Rp Kredit Rp Persediaan produk jadi BDP – BBB BDP – BTKL BDP – BOP Akhir Kata Demikianlah sedikit pembahasan tentang biaya bahan baku. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan bisa menambah wawasan kamu. Jika ada saran, kritik, atau pertanyaan silakan sampaikan di kolom komentar. Terima kasih.
Pada saat terjadi pembelian bahan baku, harga faktur harus ditambah dengan biaya angkut sebesar tarif yang telah ditetapkan. β€’ Biaya angkut ssesungguhnya dicatat dalam akun "Biaya Angkut" Jurnal Yang Dilakukan β€’ Pada saat pembebanan biaya angkut bahan baku Persediaan Bahan Baku Rp xxx Biaya Angkut Rp xxx

SoalPilihan Ganda Materi Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang. 1. Akun-akun di bawah ini yang mempunyai saldo debet yang terdapat pada neraca sisa adalah . a. Pembelian, retur pembelian, dan retur penjualan. b. Beban angkut pembelian, retur penjualan,dan potongan pembelian. d. Penjualan, retur penjualan, dan beban angkut pembelian.

PENGERTIANBeban Angkut Penjualan Pada Bisnis UKM. Beban angkut penjualan adalah biaya angkut yang ditanggung oleh penjual dalam angkutan penjualan barang. Pada Akuntansi Beban Angkut Penjualan digunakan untuk mencatat jumlah beban pengangkutan barang-barang yang dijual yang ditanggung perusahaan. Begitupun sebaliknya dengan biaya angkut pembelian.
diatas Pada saat bahan baku dibeli selisih harga yang terjadi dicatat dalam. Di atas pada saat bahan baku dibeli selisih harga. School Udayana University; Course Title ACCOUNTING 1; Type. Notes. Uploaded By raisuryasaraswati. Pages 9 Ratings 100% (2) 2 out of 2 people found this document helpful;
\n pada saat pembelian bahan baku dicatat dalam jurnal umum yaitu
Bagianjurnal e. Bagian buku besar 5. Sedangkan bagian-bagian yang terkait dalam pembelian bahan baku, yaitu bagian . a. Gudang b. Pembelian c. Penerimaan d. Pencatatan utang e. Semuanya benar 6. Bagian yang bertugas membuat surat permintaan pembeliannyang diajukan ke bagian pembelian merupakan tugas . a. Bagian gudang b.
actualbahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. 2. Mengevaluasi apakah presentase penyelesaian yang dicatat pada tag untuk barang dalam proses sudah layak. 1. Pengujian tersebut akan dilakukan sebagai bagian dari prosedur pertama dalam tujuan keakuratan. Informasi diperoleh untuk memastikan penjualan dan pembelian persediaan dicatat
Jurnaluntuk mencatat pembebanan biaya angkutan atas dasar tariff dan biaya from COMMUNICAT MISC at Udayana University .
  • a1ys4mczp5.pages.dev/374
  • a1ys4mczp5.pages.dev/757
  • a1ys4mczp5.pages.dev/21
  • a1ys4mczp5.pages.dev/221
  • a1ys4mczp5.pages.dev/617
  • a1ys4mczp5.pages.dev/503
  • a1ys4mczp5.pages.dev/501
  • a1ys4mczp5.pages.dev/882
  • a1ys4mczp5.pages.dev/534
  • a1ys4mczp5.pages.dev/928
  • a1ys4mczp5.pages.dev/178
  • a1ys4mczp5.pages.dev/20
  • a1ys4mczp5.pages.dev/818
  • a1ys4mczp5.pages.dev/822
  • a1ys4mczp5.pages.dev/684
  • pada saat pembelian bahan baku dicatat dalam jurnal umum yaitu